Pages

Senin, 17 Oktober 2011

The 3rd Edition of BUMI


coming really soon!
on October 20th.

Mencari Jiwa









Sebuah film dokumenter yang didedikasikan untuk kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) agar dapat menemukan kembali identitasnya.

Sejarah HMI Bagaimana Memahaminya?



Membicarakan HMI, sebagai sebuah masyarakat mahasiswa dengan basis keagamaan dan kebangsaan, memang tak akan bisa terlepas dari membicarakan individu kader yang terlibat dalam aktifitas di organisasi ini serta perjalanan sejarah yang menyertainya. Keberadaan individu kader yang direkrut melalui Latihan Kader I (LK I) pada suatu periode tertentu akan memberikan warna dan dinamika tersendiri yang khas bagi organisasi. Seberapa besar kualitas dan kuantitas kader di periode tersebut tentu memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada kinerja dan citra HMI.

Sejak didirikan oleh Lafran Pane dan kawan-kawannya tanggal 5 Februari 1947, HMI telah membuktikan diri mampu menorehkan sejarahnya sendiri untuk bisa eksis sampai saat ini. Tentunya, banyak sekali dinamika yang telah dialami untuk melewatkan umur yang lebih dari setengah abad tersebut. Ada masa-masa di mana perjuangan yang dilakukan HMI tergambar begitu heroik serta penuh pengorbanan, dan ada juga saat-saat di mana HMI kondisinya tak lebih dari sekedar tempat kongkow-kongkow kader yang merasa penat setelah mengikuti kuliah.

Ada periode sejarah di mana tingkat kualitas intelektual kader sampai melahirkan cendekiawan muslim kaliber nasional, dan ada juga periode sejarah di mana HMI hanya dihuni oleh kader yang intelektualitasnya cuma mampu dipakai berdebat melawan rekan se-komisariat atau cabang.

Lalu bagaimana caranya agar kader HMI yang baru akan memasuki atau sudah lama terlibat aktif dalam masyarakat HMI mempunyai cara pandang yang benar tentang apa itu HMI? Dan bagaimana seharusnya memahami sejarahnya?

Catatan berikut ini mudah-mudahan mampu memberikan sedikit gambaran tentang bagaimana seharusnya kader memahami organisasi dan sejarah. Sehingga diharapkan keanggotaaannya yang diperoleh melalui LK I yang diselenggarakan, tak hanya untuk sekedar mendengar cerita romantis tentang masa lalu HMI, tapi lebih pada bagaimana seharusnya memahami sifat dan watak dari sejarah itu sendiri. Dengan pengetahuan yang benar mengenai watak sejarah dan masyarakat itulah setiap kader nantinya diharapkan mau dan mampu berperan lebih aktif memberikan kontribusi pada HMI (menuliskan catatan sejarahnya sendiri).

Sejarah

Sejarah secara sederhana diartikan sebagai suatu berita-berita masa lampau. Ada juga yang mengartikannya sebagai sebuah rangkaian peristiwa masa lampau yang punya tujuan dan makna. Definisi sejarah sebenarnya tak terbatas pada pengertian ini, karena sejarah bisa dimasukkan ke dalam suatu pengetahuan tentang hukum-hukum yang menguasai manusia, yang kita kenal kemudian dengan sebutan sejarah ilmiah.

Penulisan sejarah sebagai suatu data-data yang disampaikan oleh sumber berita atau pewarta, tentunya dipengaruhi oleh kecenderungan tertentu yang dapat menyebabkan suatu sejarah menjadi tidak obyektif atau salah. Penyebab itu antara lain adalah;

Pertama, pemihakan terhadap suatu kepercayaan tertentu dan penerimaan yang begitu saja tanpa ada pengecekan ulang mengenai kebenarannya (obyektifitasnya) atau malah terlampau memutlakkannya.

Kedua, ketidaksanggupan memahami apa sebenarnya yang dimaksud oleh sumber berita sejarah (konteks kesejarahannya) dengan tepat mengenai suatu kejadian dikarenakan misalnya kabur dan rumitnya peristiwa yang terjadi tsb.

Ketiga, keinganan umum untuk mengambil hati orang yang berkedudukan tinggi (penguasa) lalu menuliskan pujian, menyiarkan kemashuran, dan mempersepsikan baik setiap tindakan mereka sehingga penulisan sejarah akhirnya menguntungkan penguasa.

Keempat, ketidaktahuan akan hukum-hukum watak dan perubahan masyarakat. Ketidaktahuan akan dinamika dan perubahan masyarakat inilah yang kemudian menjadi sebab utama kesalahan penulisan sejarah.

Kader dan Masyarakat HMI

Paling tidak ada dua kata yang harus jelas terlebih dahulu definisinya untuk memahami HMI. Yaitu kata individu (kader) dan kata masyarakat (HMI). Dalam rumusan rekonstruksi Nilai Dasar Perjuangan HMI, cukup jelas digambarkan mengenai Pandangan Dunia (ideologi) HMI dalam melihat peran individu dan peran masyarakat serta hubungan keduanya.

Individu dihargai sebagai pribadi yang merdeka dan mempunyai hak asasi. Sementara kefitriannya untuk bermasyarakat juga diakui. Individu (kader) adalah bagian dari masyarakat manusia. Berarti kepentingan perkaderan adalah berarti membicarakan bagaimana organisasi HMI ini mampu mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan kader. Seorang kader yang memasuki dunia HMI harus memahami konsep yang benar tentang hakikat manusia. Hal ini agar pengetahuannya yang benar tentang hakikat manusia menjadikan gerakan yang dibangunnya melalui HMI tidaklah bertentangan dengan hakikat kemanusiaan (gerakannya manusiawi).

Masyarakat dipahami sebagai sebuah senyawa sejati yang merupakan sintesis dari jiwa, pikiran dan hasrat. Sintesis ini lebih pada wujud budaya, bukan pada wujud fisik. Perbedaan potensi setiap individu dalam masyarakat kemudian melebur dan melahirkan satu identitas baru, yaitu jiwa kemasyarakatan yang di dalamnya tentu ada hukum atau konstitusi yang disepakati bersama.

Hubungan yang terbentuk kemudian antara individu (kader) dan organisasi (masyarakat/HMI) haruslah dilihat dari dua pengertian tadi, bahwa keduanya membentuk senyawa sejati. kader membutuhkan HMI dan HMI membutuhkan kader.

Bagaimana Menyikapi Sejarah HMI?

Ketika sudah diketahui bagaimana penulisan sejarah bisa menjadi tidak obyektif (salah), paling tidak ada dua cara menyikapinya yang bisa dilakukan oleh kader HMI;

Pertama, melakukan perenungan atau kontemplasi tentang hakikat dan filosofi dari sejarah

Kedua, melakukan analisis tentang bagaimana suatu peritiwa sejarah terjadi dan apa saja sebab-sebabnya.

Setiap individu (kader) tentu menginginkan keberadaannnya dalam suatu masyarakat dapat menampung jiwa, hasrat dan pikirannya yang fitrah. Karena itu landasan pergerakan suatu masyarakat hendak pula sesuatu dengan semangat tersebut. Sehingga dari kecocokan pemikiran individu dan kehendak masyarakat menjadikan individu rela memberikan kontribusi bagi masyarakat.

Sejarah HMI ditulis dan disemangati oleh individu kader setiap zamannya, dan itu bisa saja menyimpang dari semangat fitrah kemanusiaan kader. Hal ini mengisyaratkan bahwa pemahaman yang benar tentang sejarah dan hubungan kader dengan HMI secara institusi, melingkupi pemahaman yang benar tentang dasar yang menjadi perjuangan bersama.

HMI adalah alat atau media perjuangan, bukan menjadi tujuan akhir dari gerakan. Seorang kader yang mampu melihat dan menyelami hakikat perjuangan manusia, akan mampu bertahan dan mengoptimalkan bagaimana seharusnya organisasi berperan, selain juga tidak akan lari dari kenyataan bahwa dalam suatu masyarakat (organisasi) dia akan menghadapi banyak perbenturan kepentingan.

Bagi seorang kader, membaca atau sejarah HMI berarti memahami hakikat individu dan peranannya dalam masyarakat, memahami hakikat dari suatu masyarakat, memahami apakah keberadaan dari suatu masyakat itu merupakan kemestian atau sesuatu yang berdiri sendiri, memahami sifat masyarakat, apakah dia homogen atau heterogen? Selain itu dia juga dituntut untuk memahami sejarah dan proses penulisannya dan semangat dari suatu periode sejarah, memahami sifat sejarah yang bersifat material atau tidak dan bagaimana sebenarnya filsafat sejarah itu sendiri?.

Dari kesemuanya ini nantinya kader HMI yang seorang mahasiswa itu, bisa menimbang dengan adil, maukah bergabung dan bertahan dalam masyarakat HMI karena menganggapnya merupakan suatu keharusan ataukah memilih aktifitas lain di luar HMI yang basis massa dan pola gerakannya hampir sama dengan HMI atau memilih tak memasuki suatu masyarakat ideologis apa pun. Cukup saja menikmati hidup dengan rajin mengikuti kuliah, nongkrong, pacaran atau menuliskan skripsi dan bekerja. (MH)


--

* Disampaikan pada LK I HMI Komisariat Hukum UNPAS Tgl 18 Januari 2003

** Penulis adalah mahasiswa P. Bahasa Inggris UPI, mengisi juga materi NDP di HMI Korkom UPI, Ketua Masyarakat Gemar Menulis dan Membaca (MGMM)

HmI Komisariat STT Tekstil masa juang 2011-2012





Selamat atas terpilihnya Rakanda Yoga Pratama dan Nurul Anwar sebagai Ketua dan Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat STT Tekstil tahun kepengurusan 2011-2012. Semoga amanah dan dapat membawa Komisariat kea rah yang lebih baik lagi. Amin…


Susunan kepengurusan HmI Komisariat STT Tekstil masa juang 2011-2012

Ketua Umum : Yoga Pratama (TT’08)
Sekertaris Umum :
Nurul Anwar (TBG’09)
Bendahara Umum :
Fitria Purwanti (TT’10)
Bid. PA/kaderisasi :
Dewi Tara (TBG’10) dan Sandy F. (TBG’09)
Bid. PAO :
Yogie Al Muchtar (KT’10) dan Dena P. (TBG’09)
Bid. Pembinaan Umat :
Feri Yulinanto (TT’09)
Bid. Perguruan tinggi dan kepemudaan :
Imam Hamdani (TBG’10) dan Asep N. (TT’10)
Bid. Kajian Ilmu :
Dilia Mariam R. (TBG’10) dan Adhlan N. (FD’10)
Bid. Kekaryaan :
Qisthie Cinintya (FD’10) dan Syaiful H. (TBG’10)